Dapat diketahui bahwa pernikahan yang melalui proses taaruf memiliki tantangan tersendiri yaitu masa perkenalan yang relatif singkat. Karena masa perkenalan yang relatif singkat tersebut, sehingga keterbukaan diri menjadi faktor penting yang akan mempengaruhi kepuasan pernikahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan antara keterbukaan diri dengan kepuasan pernikahan pada individu yang menikah melalui proses taaruf. Alat pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner, berupa skala kepuasan pernikahan menggunakan skala ENRINCH (evaliuation and nurting relationship issue, commnunication and happiness) Marital Satisfaction Scale (EMS) yang dikembangkan oleh Fowers and Olson (1993) yang terdiri dari 10 item yang disusun berdasarkan aspek-aspek kepuasan pernikahan yaitu komunikasi, aktivitas waktu luang, orientasi agama, resolusi konflik, keuangan, orientasi seksual, keluarga dan teman, anak dan pengasuhan, kepribadiaan, dan kesetaraan peran. Sedangkan keterbukaan diri menggunakan skala Marital Self Disclosure Questionnaire yang dikembangkan oleh Waring (2001) mempunyai empat dimensi diantaranya Relationship, Money, seks dan Imbalance. Teknik pengumpulan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Responden dalam penelitian ini berjumlah 152 individu yang menikah melalui proses taaruf dengan usia pernikahan dibawah 10 tahun. Hasil analisa diperoleh bahwa besarnya koefisien korelasi product momet pearson anatara konflik kerja keluarga dengan kepuasan pernikahan sebesar 0.754 dengan nilai p yaitu 0.000 (p<0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara keterbukaan diri dengan kepuasan pernikahan pada individu yang menikah melalui proses taaruf.